SELAMAT DATANG DI BLOG T R I Z Z 4 ::::::::::: TERIMAKASIH :::::: e-mail : triz_Oi@yahoo.com

Kamis, 17 Februari 2011

Filsafat Umum

                Hanya ada 2 pandangan hidup yang memberi kekuatan untuk mewarnai dunia ini yaitu filsafat dan agama. Sains (ilmu dan teknologi) tidak dianggap mampu memiliki pandangan yang begitu kuat karena dalam garis besarnya sains bersifat netral dan hanya mampu mewarnai dunia berdasarkan pandangan hidup keilmuannya. Bukti sejarah menuliskan pengaruh agama dan filsafat mewarnai dunia yakni adanya orang-orang berani mati mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan agama yang diyakininya dan mati karena proses pemikirannya yang sangat diyakini kebenarannya, misalnya tokoh Socrates yang rela mati karena pemikirannya dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan tidak sesuai dengan kebijakan gereja Kristen di masa Yunani.
Letak persamaan agama dan filsafat ialah pertama, masing-masing memiliki pengikut yang meyakini atas keyakinan yang dianutnya. Kedua, agama-filsafat merasa perlu menyebarkan ajaran-ajarannya sehingga terbentuk sikap atas apa yang diyakininya, terbentuk tindakan dan pandangan hidup masing-masing penganutnya. Sebaliknya, letak perbedaannya adalah agama berasal dari Tuhan yang memberikan wahyu dan petunjuk kepada hamba-Nya berupa peraturan tentang cara hidup lahir batin dan menekankan rasa iman atau kepercayaan. Sedangkan filsafat berasal dari buah pikir radikal manusia.
Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat.
Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intelectual curiosity), juga filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan oleh para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri seperti; James melihat konotasi filsafat sebagai kumpulan pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains secara memuaskan. Russel melihat filsafat pada sifatnya ialah usaha menjawab, objeknya ultimate question. Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai perenungan tentang ketuhanan. Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan filsafat diartikan ingin mencapai pandai, cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971: 11) mengatakan filsafat menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagiamana sikap manusia itu harus setelah mencapai pengetahuan itu, dan masih banyak pendapat dari tokoh-tokoh lainnya.
Metode mempelajari filsafat terbagi atas 3 macam metode; pertama, sistematis yang berarti menghadapi karya filsafat secara berurutan mulai dari menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat, kemudian teori hakikatnya, kemudian teori nilai. Kedua, historis yang berarti mengetahui filsafat dengan cara mengetahui sejarahnya. Ketiga, kritis yakni memahami isi ajaran filsafat kemudian mengkitiknya dalam bentuk menentang, memberi dukungan.
Objek penelitian filsafat ada 2 yakni: obyek materi yakni obyek yang dipikirkan ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, atau dengan kata lain cakupannya luas sekali baik itu bersifat empiris dan abstrak, juga hal yang mengenai Tuhan, hari akhir sebagai kesimpulannya lebih luas dari objek material sains. Objek forma yakni penyelidikan yang mendalam.
Faedah mempelajari filsafat antara lain : pertama, agar terlatih berfikir serius sehingga memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius menemukan akar permasalahan, dan menemukan sebab terakhir suatu penampakan. Kedua, mampu memahami filsafat sehingga mampu berpartisipasi dalam membangun dunia dengan baik karena dunia ini hanya diwarnai oleh dua yakni agama dan filsafat. Ketiga, mampu menemukan rumusan baru dalam penyelesaian dunia, mungkin berupa kritik, usul. Keempat, menjadi warga negara yang baik.
Sistematika filsafat terbagi atas 3 garis besar yakni; Pertama, teori pengetahuan yang membicarakan bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan yang disebut epistemologi. Pengetahuan manusia itu sendiri terdiri atas 3 macam dengan ilustrasi bagan sebagai berikut:
Pengetahuan Manusia
Macam Pengetahuan Objek Paradigma Metode Ukuran
Sains Filsafat
Mistik
Empiris Abstrak
Logis
Abstrak Supralogis
Positivisme Logis
Mistis
Sains Rasio
Latihan mistis
Logis dan bukti empiris Logis
Rasio, yakin, kadang-kadang empiris
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini:
1)      Empirisme, kata ini berasal dari kata Yunani “empirikos” yang berarti pengalaman, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan dari pengalamannya yaitu pengalaman inderawi. Sumber kebenaran ialah hasil dari pengamatan indera manusia. Kelemahan dari aliran ini ialah inderat indera terbatas, karena indera dapat melaporkan objek tidak sebagaimana adanya. Indera tertipu, yakni obyek yang ditangkap tidak sebagaimana yang oleh alat indera sehingga menyebabkan pengetahuan yang salah.
2)      Rasionalisme, aliran ini menyatakan akal adalah dasar kepastian pengetahuan, walaupun tetap menggunakan indera dalam memperoleh pengetahuan namun dianggap sebatas memberikan stimulus kepada akal untuk bekerja. Akal bekerja tidak hanya bahan-bahan dari indera saja tapi mampu juga menghasilkan pengetahuan objek yang betul-betul abstrak. Kerjasama inderawi dan akal melahirkan metode sains (scientific method) dan melahirkan pengetahuan sanis (scientific knowledge).
3)      Positivisme, pendapat aliran ini adalah indera amatlah penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena kekeliruan indrawi dapat dikoreksi oleh eksperimen. Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1875).
4)      Intuisionisme, tokohnya ialah Henry Bergson (1859-1941) ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akalpun terbatas karena objek yang ditangkap selalu berubah-ubah. Misalnya akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengkonsentrasikan dirinya pdada objek itu. Intuisi menangkap objek secara lagsung tanpa melalui pemikiran lewat cara latihan. Dalam Islam disebutkan “riyadlah” dengan metode tariqat. Kemampuan intuisi mampu menepis batas-batas tuhannya dalam dunia barat bisa disebut latihan kontemplasi dan dalam filsafat disebut filsafat rasa lewat hati dan ini merupakan tingkatan tertinggi dalam filsafat.
Berdasarkan 3 uraian aliran sebagai kesimpulan manusia memperoleh pengetahuan dengan 3 cara; sains, logika/akal, dan latihan rasa (intuisi, kasyf).
Kedua, ontologi yakni teori hakikat, membicarakan apa pengetahuan itu sendiri. Hakikat didefinisikan realitas artinya kenyataan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara, ataupun menipu. Kronologi membicarakan hakikat asal, antropologi membicarakan hakikat manusia dan lain-lain. Beberapa aliran yang menjawab hakikat dari realitas benda-benda sebagai berikut:
  1. Materialisme, menurut aliran ini hakikat benda adalah materi benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit muncul dari benda. Aliran ini sama dengan naturalisme yang menganggap Tuhan, roh, spirit bukan hakikat berdasarkan alasan; (1) apa yang kelihatan, dapat diraba, bisa dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran yang sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang (abstrak); (2) penemuan menunjukkan jiwa bergantung pada badan (jasmani); (3) dalam sejarah manusia selalu bergantung pada benda, seperti pada padi dalam cerita Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ.
  2. Idealisme berpendapat hakikat benda adalah rohani, spirit atau sebangsanya dengan beberapa alasan: (1) nilai roh lebih tinggi dari badan; (2) manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya; (3) materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
  3. Dualisme, hakikat menurut aliran ini ada 2 materi dari imaterial, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan dari roh, roh bukan muncul dari benda
  4. Agnotisme sama dengan skeptisisme berpendapat manusia tidak mampu mengetahui hakikat.
  5. Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan ada. Kata itu berasal dari kata Theus, bahasa Yunani, berarti Tuhan. Tuhan itu ada, pencipta, pengatur, beberapa aliran berkembang dari aliran ini seperti deisme yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan alam ini dari permulaan. Monoteisme mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, Triniteisme mengajarkan bahwa Tuhan itu Satu, tetapi beroknum tiga, politesisme ialah politeisme ialah paham teis yang mengajarkan Tuhan itu banyak, masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri. Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak, Tuhan itu ialah alam ini. lawan dari Teisme adalah Ateisme yang mengajarkan Tuhan Tuhan itu tidak ada, tokoh aliran ini adalah Marxisme, Holbarch.
Ketiga, teori nilai membicarakan guna pengetahuan itu, disebut aksiologi di sini membicarakan 2 hal yakni: etika dan estetika.
  1. Etika yakni teori tentang nilai baik dan buruk. Beberapa pandangan seperti: Islam mengkategorikan nilai direntang menjadi S: Baik sekali, baik, netral, buruk-buruk sekali (wajib, sunnah, mubah, makruh, haram) nilai ini dalam Islam ditentukan oleh Tuhan. Hedonisme mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila mengandung kenikmatan, kepuasan bagi manusia. Vitalisme menyatakan baik buruk ditentukan oleh ada atau tidak adaya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek nilai, misalnya manusia yang kuat, ulet, cerdas itulah manusia yang baik, manusia yang mengandung daya hidup yang besar itulah manusia yang baik. Utilitarianisme menyatakan bahwa yang baik ialah yang berguna, ajaran ini terbagi 2, utilitarianisme pribadi dan sosial. Pragmatisme sama dengan utilitarianisme bahwa yang baik adalah berguna secara praktis dalam kehidupan.
  2. Estetika adalah nilai keindahan dan lebih sering dikenakan pada seni, ukuran indah sama dengan etika membingungkan, bermacam-macam, subjektif, sering diperdebatkan. Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sungguh-sungguh, harmoni, proporsi dan simetri adalah membentuk keindahan dan ada unsur metafisika. Bagi Platonis, keindaha adalah pancara akal Ilahi. Dalam Islam disebutkan bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan. Pendapat lain Kant menyatakan jiwa kita memiliki indra ketiga di atas pikir dan kemauan, yaitu indera rasa yang mampu menikmati keindahan tanpa kepentingan.
Sebagai kesimpulan di ulasan pertama ini yakni pengantar kepada filsafat dapatlah diketahui bahwa filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis, tentang objek yang abstrak logis, kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan secara logis pula.
Akal dan hati pada zaman Yunani Kuno
Ciri umum dari fisalfat Yunani ialah rasionalisme, khusus di masa Yunani Kuno secara pukul rata akal menang namun dihentikan oleh Socrates hingga akal dan hati sama-sama menang. Kronologis akal menuju klimaks sampai harus falling down dikaitkan jelas dengan pengaruh tokoh-tokoh yang ada di zaman Yunani kuno ini, berikut latar belakangnya berdasarkan urutan filosofis untuk pertama kali muncul.
  1. Thales (624-546 SM), dia orang Melitius dan digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat lewat pertanyaan yang aman mendasar: what is the nature of the world stuff ? Ia sendiri menjawab air. Alsan yang cukup sederhana darinya adalah karena ia melihat air sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air. Pertanyaannya muncul dengan menggunakan akal, bukan menggunakan agama atau kepercayaan lainnya. Sejak saat ini akal mulai digunakan lepas dari keyakinan.
  2. Anaximander, lewat proses pemikirannya ia mencoba menjelaskan substansi pertam abersifat kekal dan ada dengan sendirinya adalah udara. Karena udara merupakan sumber segala kehidupan. Filosof ini telah memperlihatkan bahwa dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan bukan pada kongklusi. Dan mulai di sini sudah kelihatan bibit relativisme yang kelak dikembangkan dalam filsafat sofisme.
  3. Heraclitus (544-484 SM). Menurutnya memahami kehidupan kosmos mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis, tidak pernah berhenti (diam)l selalu bergerak dan berubah. Misalnya sesuatu yang panas berubah menjadi dingin, dingin berubah menjadi panas. Dia pun menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan seperti; air dan udara (Thales and Anaximander) melainkan prosesnya. Implikasi dari pernyataannya mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pandangan ini ialah warna dasar filsafat sofisme.
  4. Parmanides adalah tokoh relativisme, ia digelari logikawan pertama dalam sejarah filsafat. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, dalam logkanya dia berpikir tentang Tuhan dalam 3 cara: 1) ada; 2) tidak ada; dan 3) ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tiodak mungkin diyakini yang tidak ada, (2) ada karena tidak ada pastilah tidak ada; (3) pun tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak. Di sinilah logika betul-betul sebagai alat ukur, dan ukuran kebenaran adalah akal manusia.
  5. Zeno (490 SM), ia pun menggunakan logikanya sebagai alat ukur kebenaran dan termasuk tokoh aliran sofisme. Ia merelatifkan kebenaran yang telah mapan lewat konsekuensi rumusan:
1)      Anda tidak pernah mencapai garis finish dalam suatu balapan walaupun secara empiris telah sampai/lama mencapai garis itu. Ini adalah matematika logis
2)      Anak panah yang meluncur dan terlihat bergerak laju menurutnya adalah diam dan sama sekali tidak bergerak.
Karena ia termasuk sofisme sehingga di kalangan filosof pikirannya tidak disenangi apa lagi oleh Socrates dan Plato. Ciri pemikiran Sofis saling bertentangan, dalam moral pun menganut moral yang relatif, tidak ada generalisasi atau dengan kata lain tidak ada kebenaran umum semua kebenaran itu relatif tergantung siapa tokohnya. Sebagian para filosof memandang orang-orang sofis matrealis karena mau menerima uang dari ajaran mereka sementara filosof mengatakan bahwa filsafat itu untuk disenangi, bukan alat mencari uang.
  1. Protagoras, ia juga tokoh barisan sofis yang menyatakan manusia adalah ukuran kebenaran. Humanisme merupakan tulang punggung dari pernyataan ini, maksudnya bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private), akibatnya tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama.
  2. Gorgias (427) ia orang Athena dan termasuk tokoh sofis. Ada 3 proposisi yang diajukannya. Pertama, tidak ada yang ada; maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak akan dapat diketahui, disebabkan oleh penginderaan tidak dapat dipercaya dan sumber ilusi. Akal menurutnya tidak juga mampu meyakinkan tentang bahan alam semesta karena dikungkung oleh dilema subjektif. Manusia berfikir seusi dengan kemauan, idea, yang diterapkan pda fenomena, proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tak dapat kita beritahukan kepada orang lain. Di sini memperlihatkan kekurangan bahasa untuk mengkomunikasikan pengetahuan kita itu. Ada sisi positif yang didapat dari gerakan sofis yakni ia membangkitkan semangat berfilsafat. Sofis mengingatkan para filosof bahwa persoalan pokok dalam filsafat bukanlah alam, melainkan manusia, itulah sebabnya mengapa mereka dikatakan membangkitkan jiwa humanisme. Pandangan gerakan sofis mengenai relativisnya moral telha mengilhami munculnya utilitarianisme, pragmatisme, positivisme, dan eksistensialisme.
  3. Socrates (470-399 SM), ia adalah tokoh yang meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Ia pun seorang pengantur moral yang absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yang berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Menurutnya ada kebenaran objektif yang tidak bergantung pada saya atau kita, metode yang digunakannya adalah dialektika yakni melalui percakapan-percakapan lalu menganalisisnya. Hasil analisisnya menghasilkan hipotesis-hipotesis sampai pada akhirnya menjadi definisi yang sangat berguna.
Dengan pengetahuan Socrates membuktikan bahwa kebenaran umum adalah definisi, dan pengetahuan yang khusus ialah kebenaran relatif. Pendapat Socrates ini telah dapat menghentika laju relativisme kaum sofis, bahwa hidup bukan tanpa pegangan; kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagiannya, diperselisihkan sebagiannya. Akibatnya orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka, kubu Socrates pun semakin kuat. Melihat peristiwa ini membuat kaum sofis merasa kalap lalu menuduh Socrates merusak mental anak mudah dan menolak Tuhan-Tuhan. Socrates kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati. sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat.
  1. Plato, ia salah seorang murid dan teman Socrates. Menurut Plato esensi itu mempunyai realitas di alam idea itu sendiri, ini memperkuat pendapat gurunya Socrates. Lewat karangan mitosnya di dalam dialog Politeiamenjelaskan bahwa gua adalah dunia yang dapat ditangkap oleh indera. Kebanyakan orang menjadi terbelenggu dan menerima pengalaman spontan begitu saja. Namun ada beberapa orang memperkirakan bahwa realitas inderawi hanyalah bayangan; mereka adalah filosof. Untuk mencapai kebenaran yang sebenarnya manusia harus mampu melepaskan diri dari pengaruh indera yang menyesatkan, bahkan filosof pun tidak akan dipercayai orang.
  2. Aristoteles, ia lahir pada tahun 384 SM di Stagira sebuah kota di Thrace. Ia pun murid sekaligus teman serta guru Plato. Ia giat melakukan penelitian tidak hanya menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi ia juga mengajarkan politik, retorika, dan dialektika. Dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Pendapatnya dalam metafisika menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran salah satu teorinya matter dan form itu bersatu; matter memberikan substansi sesutu, form memberikan pembungkusnya, setiap objek terdiri atas matter and form.
Tuhan menurut Aristotelies berhubungan dengan dirinya sendiri, ia tidak berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam ini. Dalam mencintai Tuhan kita tidak usah mengharapkan ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, baginya Tuhan sebagai penyebab gerak. Pada Aristoteleslah pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Jasanya dalam menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme.
Filsafat Yunani yang rasional berakhir setelah Aristoteles menggelarkan pemikirannya, akan tetapi sifat rasional masih digunakan selama beberapa abad sesudah Aristoteles. Sebelum filsafat benar-benar memasuki dan tenggelam dalam abad pertengahan. Setelah Aristoteles ronde pertama pertarungan akal dan hati dianggap selesai dengan kisa akhir keduanya akhirnya menang walaupun di awal-awal akal yang mendominasi. Sejak Socrates sampai seterusnya akal mulai dibatasi; ada kebenaran umum, tidak semua kebenaran relatif, sains dapat dipegang dan dapat pula diperselisihkan.
Kurang lebih sepeninggal SPA (Socrates, Plato dan Aristoteles) mutu filsafat semakin merosot, kemunduran filsafat itu sejalan dengan kemunduran politik ketika itu. Tepatnya pada ujung zaman helenisme, lama periode ini 300 tahun sinisme, philo, cyrenaic, peripatetics, epicureanisme, stotisisme, skeptisisme adalah pengisi di masa ini, di mana akhirnya ditutup oleh jatuhnya filsafat. Di sini agama dapat dikatakan menang mutlak, akal kalah total ini abad yang terjadi sebelum ke abad pertengahan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar