SELAMAT DATANG DI BLOG T R I Z Z 4 ::::::::::: TERIMAKASIH :::::: e-mail : triz_Oi@yahoo.com

Kamis, 17 Februari 2011

JENIS KATA MENURUT TATA BAHASA BAKU INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal Morfologi yang merupakan cabang dari kajian ilmu bahasa. Salah satu kajian atau bidang dari morfologi adalah kelas kata menurut tata bahasa baku. Namun,dikalangan kita sebagai mahasiswa masih banyak yang tidak paham atau mengenal jenis kata menurut tata bahaa baku. Didalam makalah ini akan dipaparkan tentang pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku secara jelas guna mempermudah dalam pemahaman materi ini.
I.3. Rumusan Masalah
I.2.1. Apa saja pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.
I.2.2. Apa saja bentuk pembagian verba, nomina, pronomina, numerelia,
adverbia, adjektiva, kata tugas.
I..2.3. Apa saja contoh dari masing-masing dari bentuk pembagian kelas
kata menurut tata bahasa baku.
I.2.4. Bagaimana pemakaian masing-masing jenis kata menurut tata
bahasa baku.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
I.3.1. Untuk mengetahui pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku
I.3.2. Untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing pembagian kelas
kata menurut tata bahasa baku.
I.3.3. Untuk mengetahui karakteristik dari jenis kata tersebut.
















BAB II
PEMBAHASAN

JENIS KATA MENURUT TATA BAHASA BAKU
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mengurangi kebingungan tersebut, dikelompokanlah jenis kata menurut tata bahasa baku. Dengan pengelompokan ini diharapkan mampu mengurangi kebingungan dalam pembelajaran bahasa. Sebagaimana yang kita ketahui, istilah baku berarti suatu bentuk yang sudah menjadi standar bersama. Karena kaidah-kaidah ini banyak digunakan oleh orang.
Jenis kata menurut tata bahasa baku terdiri dari :

1. verba
2. adjektiva
3. nomina
4. pronomina
5. numerelia
6. adverbia
7. kata tugas

II.1. VERBA
Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat dibedakan menjadi :
verba dasar bebas
Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang,dll.
verba turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
verba berafiks
contohnya : ajari, bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan, menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.
verba bereduplikasi
contohnya : bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
verba berproses gabungan
contohnya : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.
verba majemuk
contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampinginya,verba dapat dibedakan menjadi :
verba intransitif
verba intransitif yaitu verba yang menghindarkan obyek. Contoh : ada, kembali, bangkit, bangun, tiada, terbang.
verba transitif
verba transitif yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.berdasarkan banyaknya obyek,maka terdapat :
verba monotarnsitif
verba monotransitif yaitu verba yang mempunyai satu obyek.
Contoh :
verba bitransitif
verba bitransitif yaitu verba yang mempunyai dua obyek.
Contoh :
verba ditransitif
verba dittransitif adalah verba transitif yang verbanya tidak muncul.
Contoh : adik sedang makan.
Dilihat dari hubungan verba dengan nomina, dapat dibedakan menjadi :
verba aktif
verba aktif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh : Dia mencintai saya
Saya makan nasi
Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakan kami makanan.
Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokotif atau repetitif.
Contohnya :
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli anjingnya
Paman menguliti kambing.
verba pasif
verba pasif yaitu verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya diawali dengan prefiks ter-, atau di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak oleh ku.
Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik
Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja itu
verba anti-aktif (argatif)
Verba anti-aktif yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subyeknya merupakan penderita.
Contoh :
Ibu kecapaian di bus
Kakinya terntuk batu
verba anti-pasif
Verba anti-pasif yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
Ia haus akan kasih sayang
Pak tani bertanam singkong.
Dilihat dari interaksi antara nomina dan pendampingnya, dapat dibedakan:
verba resiprokal
Verba resiprokal yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan tersebut dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan.
Contoh : berkelahi, berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
verba non resirokal
verba nonresiprokal adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan tidak saling berbalasan.
Dilihat dari sudut referensi argumennya :
verba refleksif
verba refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama . verba ini mempunyai dua bentuk, yaitu :
• verba yang berfresiks ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.
Contoh : bercermin, berdandan, berjemur.
• Verba yang berprefiks me-, bersufiks –kan, dan berobyek diri.
Contoh : melarikan diri, membaringkan diri.
verba non-refleksif
verba non refleksif yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau berlainan.
Dilihat dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, dapat dibedakan :
1. Verba Kopulatif
Yaitu Verba yang mempunyai potensi untukditanggalkan tanpa mengubah konstruksi preduktirf yang bersangkutan.
Contoh: adalah, merupakan.
2. Verba Ekuatif
Adalah Verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Contoh: menjadi, terdiri dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.
Verba Telis dan Verba atelis
Verba Telis biasanya berprefik me-, dan Verba Atelis berfrefik ber.Verba Telis menyatakan bahwa perbuatan tuntas, sedangkan Verba Atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas atau belum selesai.
Contoh:
Pak tani menanam padi
Pak tani bertanam padi
Ia menukar pakaian itu
Ia bertukar pakaian
Verba performatif adan Verba Konstatatif
Verba performatif
Yaitu Verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengajarkan kalimat.
Contoh: berjanji, menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.
Verba Konstatatif
Yaitu Verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau peristiwa.
Contoh: menembaki, menulis.
II.2. ADJEKTIVA
Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
Bergabung dengan partikel tidak,
mendampingi nomina
di dampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.
mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Adjektiva dasar
Yang dapat diisi dengan kata sangat, lebih :
Adil Bagus Deras dsb.
Agung Bahagia Disiplin
Aman Bebas Fatal
Anggun Berani fanatik
Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih :
Buntut Genap Langsung Pelak
Cacat Interlokal Laun Tentu
Gaib Kejur Musnah Tunggal
Ganda lancung Niskala
Adjektiva turunan
Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhorma.
Adjektiva turunan bereduplikasi, misalnya
- Elok-elok - Muda-muda
- Gagah-gagah - Ringan-ringan
Adjektiva berafiks ke-an, misalnya :
- kesakitan - Kesepian
Adjektiva berafiks –i, misalnya :
Abdi - hewani
Alami - Duniawi
Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :
Deverbalisasi, misalnya :
Melengking - menyenangkan
Menggembirakan - terpandang
denominalisasi, misalnya :
ahli - berguna - luas
berakar - bermanfaat - malam
berbisa - dermawan - membudaya
de-adverbalisasi, misalnya :
berkurang - menyengat
bertambah
denumeralia, misalnya :
manunggal - menyeluruh
mendua
de-interjeksi, misalnya :
aduhai - sip - wah
asoi - yahud
Adjektiva Majemuk
subordinatif :
buta warna - panjang akal
besar mulut - terang hati
koordinatif :
aman sentosa - lemah lembut
besar kecil - suka duka
Ada dua macam katagori adjektiva :
- adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa .
contoh : hangat, sulit, mahal.
adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam prase nominal.
Contoh : nasional, niskala
- adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : pekat, makmur.
adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : intern
Pemakaiaan Adjektiva
Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.
Contoh : - Rumah Husein besar
- Rumah Husein sama besar dengan rumah Ramli
Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.
Contoh :Rumah Husein lebih besar dari pada rumah Ramli.
Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya.
Contoh : - Anton murid yang paling pandai di kelas itu.
- Anton murid terpandai di kelas itu.
Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.
Contoh : - Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.
Karena dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.
Angin topan yang bukan main kuatnya
II.3. NOMINA
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis nomina yaitu :
nomina dasar
contoh : * batu * radio * kemarin
* kertas *udara
nomina turunan
nomina berafiks : keuangan, perpaduan
nomina reduplikasi :tetamu, rumah-rumah
nomina hasil gabungan proses : batu-batuan, kesinambungan.
Nomina yang berasal dari berbagai kelas karena proses :
deverbaliasi : pemandian, kebersamaan
deakjitivalisasi : ketinggian, leluhur
deaverbalisasi : kelebihan, keterlaluan.
Penggabungan : jathnya, tridarma.
nomina paduan leksem
contoh : - daya juang - jejak langkah
- loncat indah
nomina paduan leksem gabungan :
contoh : - pengambilalihan
- pendayagunaan
Sub Kategorisasi
Nomina bernyawa dan tak bernyawa
Nomina bernyawa dapat dibagi atas:
Nomina persona (insan):
Nama diri: Martha, Sis, Ayu. Nama diri sebagai nama tidak dapat direduplikasikan.
Nomina kekerabatan: nenek, kakak, ibu, bapak
Nomina yang menyatakan orang atau yang diperlakukan seperti orang; tuan, nyonya
Nama kelompok manusia: Jepang, Melayu
Nomina tak bernyawa yang dipersonkasikan: DPR (lembaga)
Flora dan Fauna mempunyai ciri sintaksis:
Tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka
Tidak dapat didahului partikel si, kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan: Si Kancil, Si Kambing
Nomina tak bernyawa dapat dibagi atas:
Nama lembaga; DPR, MPR
Konsep geografis: Bali, Jawa, Senangka
Waktu: Senin, Januari, besok
Nama bahasa: bahasa Sunda, bahasa Indonesia
Ukuran dan takaran: gram, kilometer, karung
Tiruan bunyi: kokok
Nomina terbilang dan tak terbilang
Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti udara, kesucian, termasuk pula nama diri dan nama geografis.
Nomina kolektif dan bukan kolektif
Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubstitusikan dengan mereka atau dapat diperinci atas bagian-bagian nomina kolektif terdiri atas nomina dasar seperti tentara, keluarga. Nomina turunan seperti wangi-wangian. Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-bagiannya termasuk nomina bukan kolektif seperti: asinan, cairan, hadirin, kompi, pawai, rempah.
Pemakaian Nomina
1. Penggolongan benda yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, pucuk, tangkai.
2. Nomina tempat dan arah: kana, kiri, depan, belakang
3. Tiruan bunyi: aum, deru, deram, dan sebagainya
4. Makian: bangsat, jahanam, dan sebagainya
5. Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk menyapa:
Nama diri: “Mari ke sini, Ali”,
Nomina kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”
Gelar dan pangkat: “Selamat pagi, Dok”
Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba : pendengar
Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”
Nomina lain: “Ini topi Tuan”
6. Kuantifa: bahu, botol, ikat, gelas, papan, teras
7. Ukuran: gram, kilo, sentimeter
8. Penunjuk waktu: pagi, Minggu, jaman
9. Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “Berat terdiri dari lima fonem dan maknanya berlawanan dengan ringan”
Nominalisasi
Proses nominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang baerasal dari morfem atau kelas kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
1. Afiksasi : pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
2. Penambahan partikel Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis
3. Proses nominalisasi dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja
II.4. PRONOMINA
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden.
Pemakaian Pronomina
1. Dalam ragam non standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
2. Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
3. Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan: “Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya”
II.5. NUMERALIA
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Subkategorisasi
Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
1. Numerelia utama (koordinat)
a. bilsngsn pnuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh,ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.
b. bilangan pecahan, yitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per :
= dua pertiga
= lima perenam
c. bilangan gugus, contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22, lusin=12, gross=144
2. Numerelia tingkat
Adalah numeriliatakrif yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan kedua sudah diperbaiki
- Ia orang kedua di departemennya.
3. Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + - ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu mendahului nomina.
Contoh : dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.
B. Numerelia tak takrif
Numerelia tak takrif adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan, atau menjadi nomia seperti kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.
II.6. ADVERBIA
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Ada dua jenis adverbia, yaitu :
adverbia intra klausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain.
Contoh :
Alangkah - Gus - pula
Agak - Hmpir - rada-rada
Agak-agak - Hanya - saja
Amat sangat - Harus - saling
adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.
Contoh : barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
Adverbia dalam bentuk dasar bebas.
Contoh :

Alangkah
Agak
Bisa
Hampir
Masih
Memang
Paling
Nian
Niscaya
Sangat
dll

2. Adverbia turunan, terbagi atas :
a. adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari :
i. adverbia bereduplikasi
contoh : agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan, rada-rada.
ii. adverbia gabungan
contoh : belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.
b. Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas , terdiri dari :
i. Adverbia berafiks, yaitu dengan prefiks ter-
contoh : terlalu, dan terlampau.
ii. Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi.
denominal : akhir-akhir, malam-malam, malu-malu, pagi-pagi.
Depronominal : sendiri-sendiri.
Adverbia de-ajektiva : awas-awas, baik-baik, benar-benar.
Adverbia denumerelia : sedikit-sedikit, dua-dua.
Adverbia deverbal : kira-kira, tahu-tahu.
3. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya :agaknya, harusnya
N + -nya : rasanya, rupanya
V + -nya : hendaknya, kiranya
A +-nya : biasanya, layaknya
Num + -nya : seluruhnya, biasanya
4. Adverbia deverbal gabungan
Misalnya : mau tak mau, masih belum juga, tidak trkatakan lagi
5. Adverbia de-akjetiva gabungan :
Misalnya : tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali
6. Gabungan proses :
Se- + A + -nya : sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya : senarusnya, sedapatnya.
Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari berbagai verba, ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
A. Adverbia sebagai penanda aspek :
Contoh :
Biarkan saja ! Dia lagi jahil.
Pada kalimat tersebut : penanda aspek : lagi
Jenis aspek : duratif
Gunung itu sudah gundul.
Penanda aspek : sudah
Jenis aspek : perfektif
Adverbia sebagai penanda modalitas
Contoh :
Mereka belum haus
Penanda modalitas : belum
Saya harus lantang bersuara
Penanda modalitas : harus
Adverbia sebagai penanda kuantitas
Contoh :
Ahmad mengerjakan pekerjaannya sekaligus kemarin.
Penanda kuantitas : gus
Mereka saling mencintai
Penanda kuantitas : saling
Adverbia sebagai penanda kualitas
Contoh :
Alangkah cantik wajah gadis itu
Penanda kualitas : alangkah
Hati-hati, dia rada gila
Penanda kualitas : rada
II.7. KATA TUGAS
7.1 Batasan dan Ciri Kata tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk kata lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan” dan “menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.
7.2 Klasifikasi Kata Tugas
7.2.1. Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.
a. Preposisi tunggal
Preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanyaa satu kata.
preposisi yang berupa kata dasar, preposisi ini hanya terdiri atras satu morfem. Contoh : akan Takut akan kegelapan
di Duduk di kursi
preposisi yang berupa kata berafiks, preposisi ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas ata verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya (konfiks). Contoh :
preposisi yang berupa kata berprefiks :
bersama pergi bersama kakak.
Menurut menurut rencana
preposisi yang berupa kata bersufiks :
bagaikan Cantik bagaikan bidadari
preposisi yang berupa kata berkonfiks, contoh :
melalaui dikirim melalui pos.
Mengenai berceramah mengenai kenakalan remaja
b. preposisi gabungan
preposisi yang berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Contoh :
dari pada Menara itu lebih tinggi daripada pohon itu.
Preposisi yang berkolerasi, preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan tetpi terpisah oleh kata atau prase lain. Contoh : antara....dengan antara dia dengan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
dari....sampai dengan seminar itu diadakan dari hari senin sampai dengan hari kamis minggu depan
Preposisi dan nomina lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.
c. peran semantis preposisi
penanda hubungan tempat.
Contoh : di, ke, dari, hingga, sampai.
penanda hubungan peruntukan
Contoh : bagi, untuk, guna, buat.
penanda hubungan kesetaraan atau cara.
Contoh : dengan, sambil, beserta, bersama
penanda hubungan sebab
Contoh : karena, sebab, lantaran
penanda hubungan pelaku
Contoh : oleh.
penanda hubungan ihwal peristiwa
Contoh : tentang, mengenai.
penanda hubungan milik
Contoh : dari
7.2.2 Konjungtor
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Konjungtor Koordinatf
Konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh :
- dan : yaitu penanda hubungan penambahan
- serta : penanda hubungan pendamingan
- atau : penanda hubungan pemilihan
- tetapi : penanda hubungan perlawanan
- melainka : penanda hubungan perlawanan
- padahal : penanda hubungan pertentangan
- sedangkan : penanda hubungan pertentangan
Konjungtor koordinatif disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian frasa yang dihasilkan bukan frase preposional.
Contoh :
- Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
- Saya atau kamu yang menjemput Ibu.
- Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.
- Anak itu pandai tetapi polos.
2. Konjungtor Korelatif
Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh :
Baik pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.
Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.
Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.
3. Konjungtor Subordinatif
Konjungtor subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, selama, demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum, selesai, seusai, sehabis.
Konjungtor subordinatif Syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.
Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.
Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.
Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.
Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga, sampai.
Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.
Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.
Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya : bahwa.
Konjungtor subordinatifatribut, misalnya : yang.
Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari
4. Konjungtor antar kalimat
Konjungtor antar kalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh :
Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. (Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu,kami tidak akan menghalanginya)
Keadaan memang sudah mulai aman. Kita harus tetap waspada. (Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada)
Dari berbagai diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Konjungtor koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara ini dinamakan kalimat majemuk setara.
Konjungtor korelatif membentuk frase atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan konjungtor ini memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
Konjungtor subordinatif membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
Konjungtor antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.
7.2.3 INTERJEKSI
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan. Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang diungkapkannya, sebagai berikut :
Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih.
Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.
Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
Interjeksi kesyukuran : syukur, alhamdulillah
Interjeksi harapan : insya allah.
Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaallah.
Interjeksi ajakan : ayo, mari.
Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.
Interjeksi simpulan : nah.
Contoh :
Bah, pergi kau dari rumah ini !
Ayo kita pergi sekarang !
Halo, apa kabar ?
7.2.4 ARTIKULA
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok, dan yang menominalkan.
1. Artikula yang bersifat gelar
Artikukla yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :
a. sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.
b. sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.
c. hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
d. dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok.
Atikula yang mengacu ke makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.
3. Artikula yang menominalkan.
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat. Contoh :
Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.
Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
Berikut dalah ikhtisar pemakaian artikula “si”
didepan nama diri pada ragam akrab atau kurang hormat : si ali, si toni, si nana.
Didepan kata untuk mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu : si pengirim, si penerima.
Di depan nominal untuk dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang disebut itu mempunyai sifat atua mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumnis.
Dalm bentuk verbal yang menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh, bersimaharajalela, bersikeras.
Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit, sibusuk, sidingin, simalakama.
7.2.5 PARTIKEL PENEGAS
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.
A. Partikel – kah
Partikel – kah yang berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif. Contoh :
- Diakah yang akan datang ?
(bandingkan: Dia yanag akan datang).
2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti: apa, dimana, dan bagaimana, maka –kah bersifat mansuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh:
- Apakah ayahmu sudah datang?
3. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urtan katanya dibalik. Contoh:
- Akan datangkah dia nanti malam?
B. Partikel –lah
Partikel –lah juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1. Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintanya. Contoh :
a. Pergilah sekarang, sebelum hujan turun !
b. Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi !
2. Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh :
a. Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
b. Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan.
C. Partikel –tah
Partikel –tah, yang juga berbentuk kritika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Contoh :
- Apakah artinya hidup ini tampa engkau?
D. Partikel pun
Partikel pun hanya dalam kalimat deklarataif dan dalam bentuk tulisan
dipisahkan dari kata dimukanya.
Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut. Contoh :
Pun dipakai untuk mengeraskat arti kata yang diiringinya. Contoh :
Yang tidak perlupun dibelinya juga.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam pembahasan yang telah disajikan tadi penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:
Jenis kata menurut tata bahasa baku ada 7 jenis yaitu: verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, dan kata tugas.
Verba dari segi bentuk terbagi atas verba asal dan verba terunan, sedangkan verbal dari segi prilaku sintaksisnya terbagi atas verba transitif, verba tak transitif, dan verba berpreposisi.
Adjektiva adri segi bentuknya terbagi atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan, sedangkan adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay terdiri atas ajektiva atributip, predikatip, adn adverbia atau keterangan.
Adverbia dari segi bentuknya terbagi atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan.
Nomina adri segi bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, turunan, afiks, dan morfofonemiks afiks nomina.
Pronomina penunjuk terdiri atas pronomina penunjuk umum, penunjuk tempat, dan penanya.
Numeralia dibagi atas nomeralia pokok, tingkat, dan pecahan.
Kata tugas diklasifikasikan menjadi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel penegas
3.2 SARAN-SARAN
Sebagai manusia biasa penulis merasa banyak memilki kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk melengkapi kekurangan dalam makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca untuk membaca beberapa artikel mengenai tata bahasa baku sebagai referensi tambahan. Selain itu diperlukan suatu bentuk pemahaman mengenai jenis kata menurut tata bahasa baku. Kita sebagai mahasiswa harus mampu memberikan contoh yang baik dalam panggunaan jenis kata menurut tata bahasa baku.












DAFTAR PUSTAKA
Alwi,hassan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.
Gorys Keraf,Dr. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores : Nusa Indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar